adsense leaderboard

Senin, 25 Maret 2013

Situasi Kritis "Load & Go"

Keadaan-keadaan yang termasuk dalam kriteria ini:
  • Obstruksi jalan napas yang tidak dapat diatasi secara mekanik seperti suction,forceps atau intubasi.
  • Henti jantung karena trauma
  • Keadaan yang menimbulkan pernapasan tidak adekuat (luka dinding thorax terbuka,flail chest yang luas,tension pneumothorax,trauma tumpul dada yang luas)
  • Syok
  • Trauma kepala tidak sadar,pupil anisokor.
  • Nyeri abdomen
  • Pelvis tidak stabil
  • Fraktur femur bilateral.
Primary Survey

1.Pemeriksaan jalan napas,kontrol C spine dan catat tingkat kesadaran awal
  • Tidak ada gerakan udara  (Sumbatan jalan napas atau henti jantung)
  • Gerakan udara lemah    (Sumbatan jalan napas parsial / trauma dada)
  • Tidak menjawab    (Hipoxia,Hipoglikemia syok lanjut , trauma berat,henti jantung,keracunan obat)

2.Periksa "Breathing" dan Sirkulasi

  • Tidak ada napas    (Henti jantung atau pernapasan)
  • Kesulitan bernapas dengan rate pelan/tidak teratur   dan kedalaman cepat dan dangkal  (Karena trauma kepala,syok,trauma dada)
  • Tidak ada nadi   (Henti jantung atau syok lanjut)
  • Karotis teraba,pergelangan tidak teraba   (Syok lanjut)
  • Nadi cepat dan lemah (>100x/menit)      (Syok)

3.Periksa leher

  • Rasa nyeri dan berubah warna     (Timbul sumbatan jalan napas)
  • Distensi vena leher,deviasi,kesulitan bernapas & syok         (Pneumothorax)
  • Distensi vena leher dan syok       (Tamponade jantung)

4.Pemeriksaan dada

  • Sucking Chest Wound        (Pneumothorax terbuka)
  • Suara napas lemah,hipersonor,syok,distensi vena   leher,deviasi trakea        (Pneumothorax)
  • Iga dan dada tidak stabil,sulit bernapas       (Flail chest)
  • Sulit bernapas,suara napas lemah,krepitasi        (Trauma tumpul dada)
  • Memar atau luka tusuk dada,syok,distensi vena       (Tamponade jantung,cedera leher,miokard)
  • Luka tusuk dinding dada,syok      (Hemothorax,cedera miokard,vaskuler)

5.Pemeriksaan Abdomen
   Nyeri tekan        (Cedera intra abdomen)

6.Pemeriksaan Pelvis
   Tidak stabil        (Fraktur Pelvis)

7.Pemeriksaan tungkai
   Bengkak,nyeri tekan,deformitas ke-2 paha       (Fraktur femur)

8.Perdarahan besar dan tidak terkontrol        (Cedera vaskular)


Secondary Survey

Jika penderita tidak termasuk dalam kriteria penderita kritis,secondary suvey bisa dilakukan sebelum penderita di transpor.

Reassesment Survey

Harus dilakukan selama transpor,demikian pula di tempat kejadian,jika pada reassesment survey ditemukan situasi kritis "Load & Go" maka penderita harus segera ditranspor.


Description: Rating: 3.5 Reviewer: Unknown ItemReviewed:

Senin, 11 Maret 2013

Pemeriksaan dan Tindakan Awal Pada Trauma

Merupakan suatu hal yang menyedihkan jika kita melihat pasien trauma meninggal akibat tindakan penanganan yang kurang memadai atau terlambat. Untuk korban trauma berat,waktu sangat menentukan. Hubungan antara waktu sampai tindakan  pembedahan dengan penyelamatan pasien sebaiknya dalam waktu 1 jam (Golden hour) maka angka penyelamatan mencapai 80%.
Kita mempertaruhkan setiap menit dalam Golden hour untuk setiap tindakan sebelum mencapai kamar operasi. Untuk itu hendaknya setiap tindakan yang kita lakukan bersifat "life saving".
Untuk mencapai tujuan tersebut ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
  • Pasien trauma tidak diterapi definitif di lapangan,tapi di Unit Gawat Darurat atau kamar operasi,walaupun intervensi klinis sudah dimulai di lapangan.
  • Keadaan fatal yang dapat dicegah (preventable death) disebabkan kelambatan mecapai kamar operasi. Pelayanan trauma harus dapat membuat pasien dirujuk segera ke rumah sakit terdekat untuk segera mendapatkan perawatan definitif.
Peranan Emergency Medicine menempati posisi kritis,karena nasib pasien ditentukan oleh kecepatan.keterampilan dan keputusan petugas lapangan. Golden hour dimulai dari saat kejadian. Keterlambatan umumnya disebabkan oleh organisasi yang tidak baik. Tindakan cepat bukan berarti terburu-buru,tetapi memaksimumkan harapan hidup pasien dengan melakukan 6 tahap panggilan ambulan secara tepat,yaitu:

1.Predispatch
Merupakan tahap pertama yang sering diremehkan.Kemampuan menemukan tempat kejadian,mencari jalan terdekat,dan kesiapan kendaraan harus diperhatikan.Petugas harus siap memilih jalan tercepat aman untuk mencapai tempat tujuan.

2.Dispatch
Petugas harus mempunyai informasi yang cukup untuk menjawab panggilan secara cepat . (Jumlah korban,alamat,nomor telepon yang dapat dihubungi).

3.Berangkat ke Tempat Kejadian
Cepat,hati-hati.Pemilihan rute yang tepat merupakan standar mutu dalam menuju tempat kejadian.

4.Tindakan di Tempat Kejadian
Keamanan diutamakan.Evaluasi,resusitasi,dan perlakuan pasien menurut prioritas Basic Trauma Life Support.

5.Menuju Rumah Sakit
Pilihan jalan dan rumah sakit sesuai protokol setempat. Penolong yang paling berpengalaman berada di sisi pasien,melakukan tindakan dan monitoring. Beritahu pusat pengatur medik jika terjadi perubahan atau memburuknya keadaan pasien selama perjalanan,fasilitas yang akan diperlukan,perkiraan waktu tiba dan kebutuhan lain. Persiapan rumah sakit termasuk dokter bedah,kamar operasi dan petugas lain. Kehilangan waktu di rumah sakit sama bahayanya dengan prahospital.

6.Tindakan di Rumah Sakit
Laporan diserahkan ke perawat atau dokter yang menerima.Catatan meliputi tempat kejadian,mekanisme cedera,observasi,tindakan yang telah dkerjakan  dan perubahan kondisi pasien.

Pemeriksaan Trauma

Tindakan awal di tempat kejadian:

Scene Survey
  1. Periksa keadaan sekitarnya apakah ada keadaan yang membahayakan.
  2. Perhatikan jumlah pasien. Jika jumlah pasien lebih dari 1 segera panggil bantuan ambulans lain. Apakah semua pasien sudah diberi penjelasan ? Jika ada pasien yang tidak sadar dan tidak ada saksi di tempat kejadian.cari identitas dan informasi lain yang ada.
  3. Catat mekanisme cedera
  4. Apakah pasien membutuhkan extrikasi? Apakah diperlukan alat khusus untuk extrikasi?
Peralatan Dasar
  • Long back board dan imobilisasi kepala
  • Imobilisasi leher
  • Oksigen dan alat jalan napas (termasuk suction)
  • Trauma box (alat bantu,tensimeter,stetoskop,dll)
  • Alat proteksi diri bagi penolong
Pemeriksaan Pasien dan Prioritas Tindakan
Pemeriksaan dimulai dari pasien yang berat terlebih dahulu,kecuali bila pasien dalam jumlah banyak,maka digunakan prosedur MCI (Multiple Casualty Incident). Pemeriksaan dilakukan dengan cepat dan hati-hati karena perlakuan kasar akan menambah cedera. Agar penggunaan waktu efisien,maka pemeriksaan prahospital dan tindakan dbagi dalam 4 tahap berdasarkan prioritas.

Primary Survey
Adalah pemeriksaan cepat untuk menentukan kondisimyang mengancam nyawa. Hal ini dipakai untuk membuat keputusan kondisi kritis,tindakan dan kecepatan transpor. Pemeriksaan ini harus diselesaikan dalam waktu 2 menit atau kurang dan tidak boleh ada yang menghentikan primary survey kecuali sumbatan jalan napas dan henti jantung. Gangguan jalan napas selain sumbatan bukan indikasi untuk menunda primary survey. Perdarahan besar perlu untuk segera dikontrol.
Urutan pemeriksaan yang harus diingat dalam melakukan primary survey:
  1. Lihat situasi keseluruhan pasien pada waktu mendekati pasien
  2. Periksa airway,kontrol C spine,dan tingkat kesadaran awal.
  3. Periksa pernapasan
  4. Periksa sirkulasi
  5. Periksa abdomen,pelvis dan ekstremitas.
Tindakan Kritis dan Keputusan Transporital
Dengan selesainya primary survey maka sudah cukup informasi untuk menentukan kondisi pasien. Pasien dalam kondisi kritis segera ditranspor . Umumnya tindakan dilakukan selama transpor. Tindakan yang dikerjakan di tempat adalah menghilangkan sumbatan jalan napas,menghentikan perdarahan besar,menutup luka terbuka dinding thorax,hiperventilasi dan dekompresi "tension pneumothorax".Umumnya tindakan lain dapat ditunda sampai pasien di dalam ambulan segera ditranspor. Waktu "Golden hour" harus dapat dimanfaatkan secara bijaksana pada pasien kritis.

Secondary Trauma Survey
Tindakan ini dilakukan secara cepat untuk memeriksa cedera seutuhnya,yang terlihat maupun yang tersembunyi. Pemeriksaan ini berguna untuk menetukan tindakan-tindakan yang perlu dikerjakan. Semua penemuan dicatat. Pada penderita kritis,secondary survey dikerjakan selama transportasi. Jika pada primary survey tidak ditemukan kondisi kritis,secondary survey langsung dikerjakan di tempat kejadian. Walaupun pasien dalam keadaan stabil,secondary survey di tempat kejadian sebisanya jangan lebih dari 3 menit.
Prioritas pemeriksaan pada secondary survey:
  • Tanda vital
  • Riwayat dan kejadian trauma
  • Pemeriksaan dari kepala sampai kaki
  • Balut Bidai
  • Monitor terus-menerus
Penanganan Kritis dan Penilaian Ulang (Reassesment)
Terdiri dari tindakan yang dikerjakan di tempat kejadian atau selama transportasi,reassesment survey disertai komunikasi dengan pusat pengendali medik. Reassesment survey adalah pemeriksaan untuk mengetahui perubahan kondisi pasien.
Pemeriksaan pada reassesment survey:
  1. Tindakan kesadaran
  2. Jalan napas
  3. Breathing
  4. Nadi,tekanan darah,warna kulit,suhu
  5. Pemeriksaan abdomen
  6. Pemeriksaan yang berhubungan dengan cideranya.
  7. Periksa hasil tindakan
Pemeriksaan Pasien Dengan Perencanaan Prioritas

Primary Survey
Setelah ditentukan pasien dapat dideteksi dengan aman,pemeriksaan dikerjakan secara cepat (kurang dari 2 menit) secara hati-hati. Perlu diingat bahwa tidak ada yang dapat menghambat primary survey kecuali sumbatan jalan napas dan cardiac arrest.Karena kesulitan extrikasi total waktu di tempat kejadian tidak boleh lebih dari 10 menit. Pada penderita kritis sebaiknya kurang dari 5 menit.
Lihat keseluruhan keadaan pasien pada saat mendatangi. Harus dilakukan evaluasi situasi sebelum sampai di sisi pasien. Apakah pasien sadar atau gelisah? Apakah terlihat cedera berat ? Penampilan awal bisa memberikan kesan mengenai keadaan korban. Apakah keadaannya tidak boleh mengubah sikap untuk melakukan primary survey. Kalau urutan diubah maka akan ada cedera yang terlewatkan.

Evaluasi Jalan Napas,Kontrol Servikal dan Tingkat Kesadaran Awal
Pemeriksaan segera dimulai walaupun bersamaan dengan extrikasi. Pemimpin tim mendekati pasien dari depan,pasien tidak perlu memutar kepala. Penolong kedua segera melakukan stabilisasi leher dalam posisi netral,hal ini dikerjakan secara hati-hati.Jika tidak ada penolong kedua,hal ini dikerjakan sendiri,tidak boleh dilepaskan sampai dipasang alat fiksasi leher.
Pemimpin tim harus berbicara kepada pasien bahwa:
 "Kami datang untuk menolong anda.Apa yang terjadi ?" 
Jawaban pasien akan memberikan kesimpulan bahwa jalan napas bebas dan kesadaran baik.Jika korban tidak bicara atau terjadi penurunan kesadaran,periksa segera jalan napas dengan melihat,mendengarkan,merasakan udara pernapasan.Buka dan bebaskan jalan napas jika terdapat obstruksi jalan napas. Lakukan tindakan yang sesuai untuk membebaskan jalan napas sebelum melanjutkan primary survey. Karena bahaya cedera leher tidak boleh dilakukan ekstensi leher.
Pasien dengan kesulitan jalan napas dan penurunan kesadaran termasuk dalam kategori "load and go. Semua pasien dengan penurunan kesadaran harus dilakukan hiperventilasi (24x pernapasan / menit) jika keadaan pasien memungkinkan. Kepala dipertahankan dengan ke-2 lutut menolong dan ke-2 tangan memberikan oksigen serta bag-valve-mask untuk membantu ventilasi. Perlu diperhatikan bahwa tidak hanya ventilasi rate yang penting tapi anda juga harus memperhatikan volumenya. Semua pasien dengan cedera multisistem harus diberi tambahan oksigen dalam kadar tinggi.

Periksa Pernapasan dan Sirkulasi
Pemeriksaan pernapasan dan sirkulasi dilakukan bersamaan. Letakkan 1 tangan pada leher untuk palpasi denyut karotis dan tangan lain diletakkan di dada untuk menilai respirasi. Bila tidak ada pulsasi karotis dan tidak ada pernapasan,segera lakukan Resusitasi Jantung Paru.. Setelah leher di imobilisasi,segera lakukan "Jaw thrust",lakukan evaluasi pernapasan dan sirkulasi sebagai berikut:
  1. Letakkan telinga diatas mulut pasien sehingga dapat dinilai jumlah dan kualitas pernapasan. Pernapasan tidak boleh lebih dari 24 x / menit atau di bawah 8 x / menit. Apakah volume udara pernapasan mencukupi ? Lakukan "look,listen,and feel" .
  2. Setelah memeriksa jumlah dan kualitas pernapasan,nilai jumlah dan pulsasi karotis dan bandingkan pulsasi radialis atau brachialis pada anak. Pemeriksaan selanjutnya adalah warna kulit dan suhu. Informasi ini dihubungkan dengan tingkat kesadaran untuk menilai keadaan syok tidaknya pasien.. Perkiraan tekanan darah bila ke-2 pulsasi teraba (carotis dan radialis) tekanan darah > 80 mmHg,jika hanya teraba pulsasi leher 60-80 mm Hg. Tanda yok yang lain adalah denyut jantung yang lebih cepat (>100x/menit),dingin,berkeringat,pucat,bingung,,lemah,haus. Korban dengan syok spinal bisa tidak mengalami tanda-tanda ini.,yang tersering adalah paralisis dan penurunan tekanan darah.
  3. Pemeriksaan selanjutnya adalah pemeriksaan secara cepat di leher dengan cara melihat,meraba ada tidaknya cedera berupa: perubahan warna,pembengkakan,enfisema subkutis. Lihat vena leher apakah flat atau distensi dan perhatikan posisi trakea apakah terjadi deviasi.. Selanjutnya segera pasang rigid extrication collar.
  4. Selanjutnya segera evaluasi dinding dada. Jika terdapat kesulitan bernapas,baju harus dibuka untuk pemeriksaan. Lihat apakah terjadi deformitas,memar,lecet,luka tembus,gerakan paradoxal,luka bakar,laserasi dan pembengkakan,nyeri raba,instabilitas,krepitasi. Catat gerakan iga atau pernapasan diafragma. Dengarkan suara napas kanan & kiri,dengarkan di tepi dinding setinggi iga ke-4 kiri pada garis mid axilla. Atau pada dinding depan pada sela iga ke-2 kiri dan kanan. Yang terpenting adalah membedakan suara napas ada/tidak & sama/tidak di sebelah kiri dan kanan. Jika suara napas tidak sama,lakukan perkusi untuk membedakan tension pneumothorax dengan hemothorax. Jika ditemukan kelainan seperti luka terbuka pada dinding dada,flail chect,kesulitan bernapas,lakukan tindakan yang sesuai seperti menutup luka,stabilisasi flail,oksigen,bantuan ventilasi, atau dekompresi tension pneumothorax.

Pemeriksaan Abdomen,Pelvis,Ekstremitas.
  1. Buka dan segera lihat abdomen (distensi,kontusi,penetrasi) dan palpasi secara lembut ke-4 kuadran abdomen ada tidaknya nyeri tekan.
  2. Periksa pelvis,lihat ada tidaknya deformitas,ekskoriasi,kontusi,abrasi,penetrasi,luka bakar,laserasi,pembengkakan. Raba nyeri tekan,instabilitas,krepitasi dengan menekan simfifis pubis ke bawah dan merapatkan crista iliaca.
  3. Periksa ke-2 tungkai dan ke-2 lengan dan periksa sesuai dengan kriteria diatas.Serta anda juga harus menilai keadaan sensorik dan motoriknya.
  4. Hentikan perdarahan aktif.Jika terdapat 3 penolong,penolong ke-3 yang melakukan hal ini. Kebanyakan perdarahan dapat dihentikan dengan balut tekan. Air splint atau PASG dapat dipakai untuk menekan perdarahan. Touniquet jarang digunakan. Jika balutan penuh darah, ganti dan lakukan kembali balut tekan di daerah perdarahan.
Selanjutnya kita akan menentukan apakah kondisi pasien kritis atau tidak dan perlu dilakukan prosedur "Load & Go".

Keputusan Transpor Cepat dan Intervensi Keadaan Kritis
Untuk menetapkan apakah pasien termasuk dalam kriteria Load & Go:
  1. Trauma kepala dengan gangguan kesadaran
  2. Sumbatan jalan napas yang tidak dapat diatasi secara mekanik (suction,forceps)
  3. Keadaan yang membuat pernapasan tidak adekuat (luka terbuka dinding dada,flail chest,tension pneumothorax,trauma tumpul dada yang luas)
Jika pasien memenuhi kriteria ini,segera pindahkan pasien ke backboard sekaligus anda melakukan pemeriksaan punggung saat melakukan "log roll". Berikan oksigen dan masukan ke ambulans untuk segera dibawa ke rumah sakit. Prosedur life saving mungkin dibutuhkan tetapi jangan sampai menghambat transpor. Beberapa prosedur yang dikerjakan di tempat: penatalaksaan jalan napas,kontrol perdarahan besar,menutup luka terbuka dinding dada,stabilisasi flail chest,hiperventilasi,dekompresi tension pneumothorax,dan melakuka Resusitasi jantung Paru. Sebagian besar tindakan dilakukan selama transportasi,dengan pertimbangan waktu. Tindakan yang tidak bersifat life saving seperti balut bidai tidak boleh menggangu transportasi.

Secondary Survey
Bagi penderita kritis,tindakan ini dilakukan selama transpor ke rumah sakit,sedangkan untuk penderita stabil tindakan ini dilakukan di tempat (tidak lebih dari 10 menit).
1.Periksa tanda vital,nadi,pernapasan,tekanan darah
2.Riwayat cedera atas dasar:
  • Observasi personal
  • Saksi/orang lain di tempat kejadian
  • Paien,lakukan S (Sympton) A (Alergy) M (Medication) P (Penyakit yang diderita) L (Last Meal) E (Event)
3.Lakukan pemeriksaan lengkap dari kepala sampai kaki (inspeksi,auskultasi,palpasi,perkusi)
  • Pemeriksaan kepala : Racoon eyes,Battle sign,darah dan cairan dari hidung dan mulut,periksa ulang jalan napas.
  • Periksa leher: distensi vena  leher,deviasi trakea,imobilisasi servikal.
  • Periksa ulang dada bahwa suara napas terdengar sama kanan dan kiri.
  • Periksa luka terbuka dada telah tertutup atau tidak,flail chest telah distabilisasi.
  • Periksa abdomen: likat tanda luka tumpul atau tusuk,nyeri tekan. Jangan membuang waktu untuk mendengarkan bising usus. Jika ada nyeri tekan hati-hati terhadap kemungkinan internal bleeding. Jika nyeri disertai distensi kemungkinan terjadi syok hemorhagi.
  • Periksa pelbis dan ekstremitas. Angulasi ekstremitas atas dipasang bidai sesuai dengan keadaan yang ditemukan. Ekstremitas bawah boleh di traksi dan di bidai. Pada penderita kritis semua bidai dipasang selama transpor.
4.Pemeriksaan neurologi
-Tingkat kesadaran (AVPU)
Alert (sadar penuh)
Verbal (menjawab rangsangan)
Pain (bereaksi atas rangsangan nyeri)
Unresponsive (tidak memberi reaksi)
-Motorik: Tidak dapat menggerakan jari tangan dan kaki.
-Sensorik : dapat merasa sentuhan/cubitan
-Pupil (Ada tidaknya refleks pupil terhadap cahaya)
5.Jika mungkin,selesaikan balut bidai
6.Monitor terus-menerus dan evaluasi ulang.

Penderita Kritis Dan Pemeriksaan Ulang
Tindakan kritis merupakan semua intervensi dan prosedur yang dikerjakan berdasarkan pemeriksaan. hal ini dikerjakan mulai di tempat kejadian hingga selama transportasi.
  1. Penatalaksaan jalan napas.Semua penderita kritis harus mendapat oksigen.Dengan memperhatikan tindakan selanjutnya (intubasi,tambahan oksigen,dekompresi,suction,stabilisasi flail chest)
  2. Pasang monitor (dikerjakan selama transpor)
  3. Pasang infus (IV) harus dikerjakan selama transpor.
  4. Balut bidai harus dikerjakan selama transpor untuk menghemat waktu Golden hour,kecuali ada bperdarahan yang harus ditangani segera maka dilakukan balut tekan. Penderita kritis dibidai di atas long spine board.
Pemeriksaan ulang dikerjakan setiap 5 menit pada pasien kritis dan setiap 15 menit pada pasien stabil. Pemeriksaan ini dilakukan setiap saat jika terdapat/memburuknya keadaan.




















































































Description: Pemeriksaan dan Tindakan Awal Pada Trauma Rating: 3.5 Reviewer: Unknown ItemReviewed: Pemeriksaan dan Tindakan Awal Pada Trauma

Sabtu, 09 Maret 2013

Mekanisme Cedera



Pendahuluan

Trauma adalah istilah kedokteran untuk cedera atau perlukaan. Trauma menjadi masalah kesehatan paling mahal,karena dari empat penyebab kematian pada semua usia,trauma menjadi penyebab utama kematian pada anak dan dewasa di bawah usia 45 tahun. Dari setiap akibat kematian akibat trauma, lebih dari 10 korban masuk rumah sakit dan ratusan lainnya berobat di pelayanan gawat darurat. Biaya yang dibutuhkan untuk penanganan trauma 2x lebih besar dibanding penderita penyakit jantung dan kanker. Kerugian akibat trauma meliputi cacat fisik dan materi sehingga mengharuskan adanya usaha untuk mempelajari penanggulangan dan pencegahannya.

Cedera merupakan penyakit yang mempunyai variasi musim,episode,epidemi,kecenderungan masa depan dan distribusi demografi. Cedera dapat dijelaskan sebagai interaksi penderita (host) dan dan energi (agent) dalam lingkungan tertentu. Penyerahan energi pada korban akan mengakibatkan cedera. Terdapat 5 bentuk dasar energi yang dapat menimbulkan cedera,yaitu :
Mekanik atau kinetik
  1. Panas
  2. Kimia
  3. Listrik .
  4. Radiasi.
Energi gerak merupakan penyebab kecelakaan tersering ,yaitu pada tabrakan kendaraan,jatuh,luka tusuk,ledakan.

Terjadinya penyerapan tenaga mengikuti hukum fisika,sehingga dari cedera yang diakibatkan dapat dicurigai dan diteliti akibat yang terjadi. Cedera yang tidak diketahui atau cedera yang terselubung dapat membahayakan penderita.,terutama jika diketahuinya setelah mekanisme kompensasi lenyap (Stadium akhir). Perlu diketahui bahwa penderita yang terlibat kecelakaan berat mempunyai risiko untuk mendapatkan cedera yang berat pula. 5-15% penderita mempunyai tanda vital normal dan tidak tampak mempunyai tanda cedera pada awalnya,dan didapatkan cedera berat setelah pemeriksaan ulang kemudian . Cedera dengan energi tinggi akan mengakibatkan pelepasan energi yang tidak terkontrol sehingga korban harus dianggap mendapat cedera berat sampai terbukti tidak.

Faktor yang harus diperhatikan adalah arah dan kecepatan benturan ,gerakan penderita,ukuran fisik serta tanda pelepasan energi (kerusakan kendaraan). Terdapat hubungan yang kuat antara beratnya  cedera dan perubahan kecepatan kendaraan yang dapat diketahui dari besarnya kerusakan kendaraan .
Oleh karena itu penting untuk bertanya:
  • Apa yang terjadi ?
  • Bagaimana cedera penderitanya ?
Tanpa mengetahui mekanisme cederanya,anda tidak dapat meramalkan cedera apa yang terjadi. Hal ini dapat mendatangkan bahaya,sehingga harus dicurigai jenis cedera yang dapat terjadi pada waktu tabrakan. Mekanisme cedera juga merupakan sarana penting untuk melakukan triage; dan apa yang harus disampaikan ke dokter gawat darurat atau ahli bedah. Beratnya kerusakan kendaraan merupakan sarana pemeriksaan triase non fisiologik. Mekanisme (gerak) yang menyebabkan cedera merupakan penyebab utama kematian korban.

Terdapat 3 mekanisme cedera dasar:
  1. Deselerasi cepat ke depan (Rapid Forward Deceleration)
  2. Deselerasi cepat vertikal (Rapid Vertical Deceleration)
  3. Penetrasi proyektil (Projectile Penetration)
Tabrakan Kendaraan Bermotor

Berbagai bentuk perlukaan yang akan dijelaskan meliputi kecelakaan mobil,sepeda motor,kendaraan lain. Hal yang perlu diperhatikan pada benturan adalah energi kinetik dari gerak akan diserap dan penyerapan energi itulah yang menjadi dasar timbulnya cedera. Cedera karena benturan dapat tumpul atau tembus. Deselesari cepat ke depan dapat menimbulkan cedera tumpul atau tembus.
Yang sering terjadi adalah Deselesari cepat ke depan yang disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor.
Pada kecelakaan kendaraan bermotor,terdapat 3 hal yang perlu diperhatikan,yaitu:
  • Benturan mesin
  • Benturan bodi
  • Benturan organ
Dengan memperhatikan kecelakaan mobil yang menubruk pohon dari depan (head on) dengan kecepatan 100 km/jam,terjadi deselerasi cepat yang membuat korban menderita trauma kepala,cedera servikal,cedera intra abdomen,cedera muskuloskeletal (misalnya fraktur atau dislokasi panggul).
Untuk menjelaskan gayanya disini digunakan hukum Newton kedua:
" Benda yang bergerak akan tetap bergerak dalam garis lurus kecuali terjadi pengaruh gaya dari luar "
Hukum ini menjadi contoh tabrakan kendaraan bermotor. Energi kinetik dari mobil yang melaju ke depan diserap oleh setiap bagian dari mobil dan terjadi penghentian tiba-tiba karena benturan. Penumpangnya juga bergerak dengan kecepatan 100 km/jam,sehingga terjadi benturan dengan bagian mobil,seperti kaca depan,kemudi atau dashboard. Dengan mencermati mekanisme ini dapat diketahui berbagai jenis cedera yang dapat terjadi.
Kesimpulan yang harus diperhatikan adalah:
  1. Kerusakan kendaraan
  2. Kerusakan bagian dalam kendaraan (menunjukan benturan penumpang)
  3. Cedera korban (bagian tubuh yang mengalami cedera)
Tabrakan kendaraan bermotor bermotor terjadi dalam beberapa bentuk,tiap bentuk mempunyai pola cederanya masing-masing.
Keempat bentuk kecelakaan yang umumnya terjadi adalah:
  • Tabrak depan (The head on collision
  • Tabrak samping (The T bone atau lateral compact collision)
  • Tabrak belakang (The rear end collision)
  • Terguling   (The roalover collision)
Tabrak Depan 

Pada jenis tabrakan ini,penumpang tanpa sabuk pengaman akan terhenti mendadak dan pemindahan energi yang terjadi akan menimbulkan cedera ganda.

Cedera karena benturan kaca depan (Windshield Injuries)
Pada kejadian deselerasi cepat ke depan,penumpang akan membentur kaca depan,besar kemungkinan terjadi cedera berat berupa gangguan jalan napas dan cedera tulang servikal. Pada kejadian ini terdapat 3 akibat benturan yang perlu diperhatikan:
  1. Benturan mesin : kerusakan bagian depan kendaraan
  2. Benturan bodi : bentuk jaring laba-laba pada kaca depan (spinder web pattern)
  3. Benturan organ : cedera otak (coup/contracoup),cedera jaringan lunak (kulit kepala,muka,leher),hiperekstensi/fleksi tulang leher.
Dari gambaran jaring laba-laba pada kaca depan dan dengan memperhatikan mekanisme trauma,harus dicurigai adanya cedera tulang servikal yang tersembunyi. Kepala membentur kaca depan mengakibatkan cedera kepala ,akan terlihat adanya luka robek,luka lecet dan memar yang tampak menakutkan. Walaupun demikian yang terpenting adalah membebaskan jalan napas,mempertahankan atau imobilisasi tulang leher dan pemeriksaan tingkat kesadaran.

Cedera Benturan Kemudi (Steering Wheel Injuries)
Cedera semacam ini sering terjadi pada tabrakan depan dengan pengemudi yang tidak mengenakan sabuk pengaman.Pada keadaan ini pengemudi juga sering mengalami  benturan kepala dengan kaca depan ((Windshield Injuries). Benturan dengan kemudi seringkali menyebabkan kematian jika pengemudi tidak memakai sabuk pengaman.Perubahan bentuk kemudi harus dicurigai karena bisa menyebabkan trauma pada muka,leher,dada,perut. Bagian kemudi terdiri atas tonggak dan roda/lingkaran,roda kemudi metak yang dilapisi plastik bersifat semirigid dan melekat pada tonggak yang kokoh.
Berdasarkan konsep 3 benturan maka harus diperiksa:
  1. Benturan mesin : besarnya kerusakan pada bagian depan
  2. Benturan badan : kerusakan kemudi (bengkok) dan tonggak kemudi bengkok atau utuh
  3. Benturan organ : jejas trauma pada kulit.
Tabrakan depan tergantung dari bagian badan yang membentur kemudi,dapat terlihat adanya laserasi di mulut dan dagu,memar/lecet di leher bagian depan,jejas trauma di dinding dada dan abdomen. Gambaran yang tampak dari luar sering menutupi keadaan yang sebenarnya,seperti fenomena gunung es. Struktur organ bagian dalam dapat mengalami beban memotong (shearing force),menekan (compression force) dan pergeseran energi kinetik.. Organ yang dapat terkena  beban memotong adalah: aorta,hati,limpa,ginjal,dan usus kecuali usus kecil. Cedera ini dapat menimbulkan perdarahan tersembunyi dan syok.

Beban kompresi akan mencederai paru dan jantung,diafragma,kandung kemih. Tanda yang penting adalah terjadinya gangguan pernapasan akabiat kontusi paru,pneumothorax,hernia diafragmatica,atau flail chest. Dengan memperhatikan terdapatnya jejas di dada yang dapat menyebabkan kontusi myocardial maka perlu dilakukan monitor ECG.

Cedera Dashboard (Dashboard Injuries)
Cedera ini terjadi p-ada penumpang yang tidak mengenakan sabuk pengaman. Dashboard dapat menimbulkan bergai cedera,tergantung bagian tubuh mana yang membentur dashboard. Yang sering terjadi adalah cedera yang mengenai muka dan lutut. Walaupun demikian berbagai cedera dapat terjadi.
Berdasarkan konsep 3 benturan maka dapat dicatat:
  1. Benturan mesin : kerusakan mobil
  2. Benturan body : kerusakan dashboard
  3. Benturan organ : trauma muka,trauma kepala coup/contracoup,hiperekstensi/fleksi tulang leher,cedera lutut.
 Cedera pada muka,otak,dan tulang leher telah dijelaskan sebelumnya,sedangkan memar dada dan lutut mengikuti fenomena gunung es. Lutut sering membentur dashboard,dapat terjadi memar sederhana sampai fraktur patela yang berat. Dislokasi lutut juga dapat terjadi.Energi kinetik dapat diteruskan ke bagian proksimal sehingga dapat menyebabkan fraktur femur atau dislokasi panggul. Dalam keadaan yang jarang pelvis dapat membentur dashboard sehingga terjadi fraktur acetabulum atau pelvis. Cedera ini dapat menimbulakan perdarahan yang masif dan syok. Untuk mencegah adanya cedera yang tidak terlihat,periksalah secara teliti femur,pelbis dan simfisis pubis.

Cedera Lain ( Miscellaneous)
Dapat terjadi benda-benda yang ada di dalam mobil dapat mencederai,seperti: barang bawaan,makan,buku,dan penumpang lain. Dapat mematikan pada saat terjadi deselerasi cepat ke depan.

Tabrak Samping (T-Bone - Lateral Impact)
Mekanisme tabrak samping menyerupai tabrak depan,dengan tambahan pemindahan energi ke samping. Dengan konsep 3 benturan didapatkan :
  • Benturan mesin: kerusakan utama mobil,periksa benturan tempat mengemudi dan penumpang
  • Benturan bodi : kerusakan pintu (sandaran tangan bengkok,pintu melengkung keluar atau ke dalam)
  • Benturan organ (terdapat berbagai kemungkinan)
Cedera yang sering terjadi dapat berupa:
  • Kepala: coup/contracoup disebabkan oleh pergerakan ke samping
  • Leher: mulai dari strain otot sampai subluksasi dengan kelumpuhan
  • Lengan dan bahu sesuai dengan tempat benturan
  • Dada/Abdomen: disebabkan tekanan langsung dari pintu tempat benturan,atau penumpang tanpa sabuk pengaman akan terdorong diantara tempat duduk.
  • Pelvis dan tungkai: penumpang di daerah benturan akan terdapat fraktur femur panggul dan pelvis.
Cedera thorax dapat bervariasi mulai dari cedera jaringan lunak,flail chest,kontusi paru,pneumothorax atau hemothorax. Cedera abdomen dapat mengenai organ padat maupun berongga.Cedera pelvis termasuk dislokasi,ruptur buli-buli dan urethra. Cedera bahu dan ekstremitas bawah tergantung tempat yang mengalami benturan.

Tabrak Belakang (Rear Impact Collision)
Tidak jarang kendaraan yang sedang berhenti ditabrak dari belakang,atau kendaraan yang berjalan pelan ditabrak oleh kendaraan yang berjalan cepat. Peningkatan kecepatan yang tiba-tiba menimbulkan gerakan kebelakang dari penumpang dan menyebabkan hiperekstensi tulang leher apabila sandaran kepala tidak berada pada posisi yang benar. Dapat juga terjadi deselerasi cepat ke depan jika kendaran berhenti mendadak. Harus dicatat kerusakan bagian depan dan belakang kendaraan,juga bagian dalam dan posisi san daran kepala . Selain terdapat kemungkinan cedera tulang leher,juga selalu diperhatikan kemungkinan cedera lain yang diakibatkan oleh deselerasi.

Terguling (Rollover Collision)
Selama terguling,badan kendaran dapat membentur ke segala arah,sehingga kemungkinan terjadinya cedera menjadi lebih besar. Terjadinya cedera tulang servikal karena tekanan axial. Kendaraan yang terguling dapat diketahui dari kerusakan atap kendaraan,goresan,kotoran atau lumpur dan perubahan bentuk atap. Kejadian ini mempunyai risiko kematian yang lebih besar dari jenis tabrakan yang lain,dan besar kemungkinan penumpang terlempar. Penumpang yang terlempar keluar kendaraan mempunyai kemungkinan mortalitas 25x .

Sistem Pelindung (Occupant Restraint System)
Penumpang yang menggunakan sistem penahan pada waktu terjadi benturan akan terlindung dari kemungkinan terlempar dari kendaraan.Walaupun demikian penumpang masih dapat mengalami cedera. Sabuk pengaman yang melingkari panggul jika terjadi deselerasi ke depan akan menyebabkan badan terlipat seperti pisau lipat. Kepala dapat terlempar ke depan mengenai kemudi atau dashboard sehingga dapat terjadi cedera muka,kepala,leher. Cedera abdomen dapat terjadi jika sabuk pengaman tidak dalam posisi yang benar. Gaya kompresi yang timbul dapat mencederai abdomen dan tulang lumbal.
Sabuk pengaman tiga titik atau sabuk pengaman yang melingkar dada lebih aman. Dada atau panggul akan tertahan sehingga cedera yang mengancam jiwa akan lebih jarang. Kepala tidak tertahan sehingga masih mungkin leher mengalami cedera berupa fraktur,dislokasi atau cedera spinal cord.. Fraktur clavicula dapat terjadi di tempat sabuk pengaman melingkar. Kerusakan organ dalam masih dapat terjadi,disebabkan kerusakan organ di dalam badan.
Air bag (kantong udara) akan mengurangi cedera walaupun tidak seluruhnya.Air bag akan mengembang dari kemudi dan dashboard untuk melindungi penumpang depan dari frontal deselerasi. Jika berfungsi baik,kantong udara ini akan menjadi bantalan penahan kepala dan dada,sehingga akan melindungi cedera muka,leher dan dada. Air bag akan kempes segera sehingga hanya melindungi 1x benturan.Demikian pula untuk pengemudi yang tinggi atau pendek fungsi perlindungannya tidak sesuai  sehingga masih dapat mengalami cedera tungkai,pelvis,abdomen. Meskipun sudah ada kantong udara,penumpang hendaknya tetap memakai sabuk pengaman yang melingkari dada dan perut.

Benturan Kendaraan Kecil (Small Vehicle Crashes)
Yang dimaksud dengan kendaraan kecil adalah sepeda motor,sepeda pancal,dsb. Pengendara kendaraan ini tidak mempunyai perlindungan jika terjadi kecelakaan benturan depan,samping,belakang atau terguling.
Cara perlindungan diri berupa:
  • Usaha mengelak
  • Pemakaian helm
  • Pemakaian pelindung
  • Kendaraan yang menyerap energi kinetik (seperti antislip)
Sepeda Motor
Pemakaian helm pada pengendara sepeda motor sangat penting karena helm dapat mencegah cedera kepala yang menyebabkan 75% kematian ,walaupun helm tidak melindungi tulang leher. Jika terjadi tabrakan pada pengendara sepeda motor ,akan mengalami seperti tabrakan pada kendaraan yang menyebabkan penumpangnya terlempar. Cedera yang terjadi tergantung pada bagian tubuh yang menerima beban energi kinetik. Karena kurangnya proteksi,menyebabkan terdapat risiko tinggi untuk terjadi cedera kepala ,leher,anggota gerak. Hal yang penting untuk dicatat adalah kerusakan sepeda motor,jarak tergelincir,kerusakan obyek yang ditabrak.

Sepeda Pancal
Merupakan kendaraan segala cuaca/segala medan.Meningkatnya risioko cedera mulai dari anak-anak sampai orang dewasa .
Mekanisme benturan yang sering terjadi:
  • Sepeda terguling
  • Penumpang/pengendara terjatuh
  • Deselerasi cepat ke depan waktu menabrak obyek yang diam.
Cedera yang terjadi bergantung pada mekanisme dan bagian tubuh yang terkena. Cedera yang tersering adalah fraktur yang meliputi: clavicula,sternum dan iga. Perlu dicurigai adanya cedera kepala dan tulang belakang.

Deselerasi Cepat Vertikal
Mekanisme jatuh dari ketinggian adalah contoh deselerasi vertikal. Jenis cedera yang terjadi bergantung pada 3 faktor:
  • Jarak ketinggian
  • Bagian tubuh yang membentur
  • Permukaan yang terbentur
Kelompok yang sering terkena adalah dewasa dan anak-anak di bawah 5 tahun. Pada anak kecil,umumnya anak-laki-laki,disebabkan karena kurangnya pengawasan,tidak adanya pagar,dan sikap ingin tahu anak. Cedera kepala seringkali terjadi pada anak karena kepala merupakan bagian yang relatif berat pada anak. Pada dewasa umumnya disebabkan oleh kecelakaan kerja atau mabuk. Orang dewasa umumnya jatuh dengan kaki terlebih dahulu dan jatuhnya lebih terkontrol.Setelah kaki menyentuh dasar kemudian jatuh ke belakang dengan pantat membentur dasar dan dengan tangan menahan badan. Akan terjadi kemungkinan cedera sebagai berikut:
  • Patah tulang kaki
  • Cedera pelvis
  • Tekanan axial pada lumbal dan tulang servikal
  • Beban deselerasi vertikal pada alat-alat tubuh.
  • Fraktur colles/pergelangan tangan.
Makin tinggi jatuhnya,makin berat kemungkinan cederanya. Walaupun demikian jangan menganggap ringan orang yang jatuh dari tempat yang rendah. Kerasnya pemukaan dan bentuknya yang tidak teratur akan mempengaruhi cederanya.

Luka Tembus Proyektil (Projectile Penetration)

Berbagai obyek dapat menimbulkan luka tembus mulai dari benda tajam sampai benda asing yang etrlempar. Benda yang terlempar dapat menembus dinding thorax dan abdomen,yang sering adalah pisau dan peluru.
Luka karena pisau bergantung pada lokasi anatomi yang terkena,panjangnya pisau dan sudut arahnya. Luka tusuk abdomen bagian atas dapat menembus thorax dan luka tusuk dibawah iga IV dapat menembus abdomen.Yang harus diingat adalah:
" jangan pernah mencabut pisau yang menembus"

Luka tembus akibat peluru dapat disebabkan oleh berbagai jenis senjata. Yang perlu diketahui adalah jenis senjata,kaliber,jarak penembakan.Informasi balistik yang diperlukan:
  • Kaliber: ukuran diameter dalam laras. Hal ini berhubungan dengan amunisi yang dipakai oleh senjata tersebut.
  • Tembakan (rifling): Bentuk alur spiral dari permukaan dalam laras,memberi kestabilan putaran peluru.
  • Amunisi : selongsong,mesiu timah.
  • Konstruksi peluru: biasanya campuran timah padat dengan lapisan seng atau besi.Bentuknya bisa bulat,datar,kerucut atau lancip. Ujungnya dapat lunak atau berongga.
Balistik Luka
Karena energi kinetik (energi kinetik= 1/2 massa x kecepatan) disebabkan oleh lontaran yang bergantung dari kecepatannya. Senjata dikelompokan atas kecepatan tinggi atau renda. Senjata yang kecepatan peluru < 2000 ft/detik (600 meter/detik) disebut kecepatan rendah. Cedera oleh senjata ini kurang merusak dibanding yang diakibatkan oleh senjata kecepatan tinggi. Kecepatan rendah juga dapat mematikan bergantung pada bagian tubuh yang terkena. Pada perlukaan yang diakibatkan oleh senjata kecepatan tinggi terdapat tambahan yaitu tekanan hidrostik. Faktor ini akan menambah kerusakan faktor-faktor yang mempengaruhi kerusakan jaringan.

Ukuran Peluru
  1. Kerusakan peluru: ujung peluru yang menjadi rata menimbulkan kerusakan berat benda yang dilaluinya.
  2. Lapisan peluru: mempeluas dan menambah permukaan peluru
  3. Putaran: membuat kerusakan lebih luas
  4. Penyimpangan peluru: getaran vertikal dan horizontal dari sumbu akan menimbulkan kerusakan lebih luas.
Luka yang terjadi terdiri atas 3 bagian:
Luka masuk
Luka keluar.Tidak semua luka masuk mempunyai luka keluar dan dalam keadaan yang jarang terdapat luka keluar ganda yang disebabkan oleh pecahan peluru atau pecahan tulang.Umumnya luka keluar permukaannya lebih besar dan permukaannya tidak rata.
Luka dalam: peluru berkecepatan rendah merusak jaringan yang dilaluinya dan menyebarkan energi kinetik ke jaringan disekitarnya.. Kerusakan jaringan bergantung dari:
  • Gelombang
  • Cavitas temporer
  • Pulsasi cavitas temporer
Kerusakan yang terjadi sesuai dengan densitas jaringan. Jaringan keras seperti tulang,otot,hati akan mengalami kerusakan yang lebih berat dibanding jaringan dengan densitas lunak,seperti paru. Perlu diingat bahwa setelah peluru menembus badan,alurnya tidak selalu lurus.Korban dengan peluru menembus kepala,thorax atau abdomen harus ditranspor segera. Seseorang yang pada waktu tertembak memakai pelindung harus diperhatikan kemungkinan memar jantung dan organ lain.
Luka akibat Shotgun ditentukan oleh energi kinetik yang mengenai,dipengaruhi oleh:
  • Bubuk mesiu
  • Ukuran butir peluu
  • Hambatan
  • Jarak sasaran
 Energi kinetik dan kecepatan berhamburan sesuai jarak,pada jarak 40 yard (36 km) kecepatannya akan menjadi setengahnya dari kecepatan awal.

Cedera Ledakan
Umumnya terjadi karena industri dan terorisme. Mekanisme cedera karena ledakan disebabkan oleh 3 faktor:
  • Primer: udara ledakan
  • Sekunder: korban yang diterjang bahan yang terlempar akibat ledakan
  • Tersier: terlempar dan membentur obyek lain
Cedera akibat udara ledakan dapat merusak gendang telinga,menimbulkan pneumothorax dan menimbulkan perdarahan jaringan paru (Ruptur alveoli).Ruptur alveoli dapat menyebabkan emboli sehingga terjadi gangguan Sistem Saraf Pusat. Selain itu dapat terjadi kerusakan saluran pencernaan berupa memar usus dan ruptur lambung..

























     











































Description: Mekanisme Cedera Rating: 3.5 Reviewer: Unknown ItemReviewed: Mekanisme Cedera